Minggu, 20 November 2011

Ledakan Matahari Tak Terjadi di 2012

Banyak orang yang merasa takut solar flare raksasa yang mematikan bisa melemparkan energi yang besar untuk menghancurkan bumi. Terlebih, fakta akurat mengungkap aktivitas matahari saat ini lerengan uapnya berada pada siklus 11 tahun. Dalam kondisi seperti ini, semua orang mempercayai bahwa 2012 merupakan saat bagi lidah matahari atau solar flare itu melemparkan energinya.

Tapi siklus matahari ini telah terjadi selama ribuan tahun. Setiap orang yang telah berumur 11 tahun telah melalui siklus tersebut, dan terbukti tidak merasakan bahaya seperti yang dikhawatirkan. Sebagai tambahan, puncak siklus matahari maksimal diprediksi terjadi pada akhir tahun 2013 atau awal 2014, dan bukan 2012.

Tapi hal terpenting adalah, solar flare terbesar pun tak memiliki cukup kekuatan untuk menghancurkan bumi secara fisik. Ini bukan berarti cuaca luar angkasa tidak berdampak bagi bumi. Meski ledakan panas dari nyala api matahari tidak membawa kerusakan bagi bumi, tapi radiasi elektromagnetik dan partikel energi tentunya dapat merusak.

Lidah matahari secara bertahap dapat mengubah lapisan teratas atmosfer dan menciptakan gangguan sinyal transmisi, seperti satelit GPS bumi yang dapat menyebabkan atmosfer menjadi tidak berfungsi dalam beberapa meter. Fenomena lain dihasilkan oleh aktivitas matahari menciptakan gangguan lebih merusak. Seperti diketahui sebuah ledakan besar di atmosfer matahari (CME), mendorong semburan partikel dan fluktuasi elektromagnetik ke dalam atmosfer bumi.

Flukutuasi ini dapat menyebabkan fluktuasi listrik di tanah yang dapat meniupkan transformator dalam kekuatan jaringan. Ledakan atmosfer matahari juga dapat bertabrakan dengan listrik di satelit dan mengganggu sistem tersebut.



Di dunia yang bergantung pada teknologi seperti saat ini, kerusakan satelit tersebut jelas sangat merugikan. Karena, sebagian besar orang bergantung pada ponsel dan kendali GPS untuk peta dan navigasi pesawat, dan kerusakan satelit itu juga dapat mematikan transaksi keuangan secara online. Jadi, masalah cuaca luar angkasa jelas merupakan hal yang serius.

Problem yang sama juga terjadi saat ada badai. Seseorang dapat melindungi diri setelah mendapat informasi terkini, untuk kemudian melakukan persiapan sebelum kejadian. Selama badai terjadi, pemilik rumah dapat tetap tinggal atau lari dengan mematikan listrik.

Dengan analogi yang sama, ilmuwan di NASA dan NOAA berusaha mendapatkan informasi terkini dengan cepat, untuk memberi peringatan kepada perusahaan listrik, operator luar angkasa, dan pilot pesawat, sebelum sebuah ledakan atmosfer matahari datang ke bumi. Sehingga, antisipasi pun bisa dilakukan.

Meningkatkan kemampuan memprediksi cuaca yang dilakukan beberapa dekade yang lalu merupakan salah satu alasan dilakukannya studi matahari dan cuaca luar angkasa NASA. Kita tidak dapat mengabaikan cuaca luar angkasa, tapi kita dapat mengambil tindakan yang sesuai untuk melindungi diri kita.

Source : vivanews.com
»»  READMORE >>

Desember Mendatang, Meteor Geminid Hiasi Langit

Hujan meteor Leonid bukan hujan terakhir yang bakal dinikmati warga bumi tahun ini. Desember nanti, langit juga akan dihiasi 'atraksi' meteor Geminid. Tepatnya 14 Desember.

"Jumlahnya tahun ini akan lebih banyak dibandingkan tahun lalu, sekitar 20 meteor per jam," kata astronom Observatorium Bosscha, Evan I. Akbar, saat dihubungi VIVAnews, Jumat 18 November 2011.

Hujan meteor Geminid, Evan melanjutkan, mencapai puncaknya tahun 1998 silam. "Waktu itu jumlahnya sampai 1.000 meteor per jam. Setiap tahun jumlahnya memang berbeda-beda," kata dia.

Berbeda dengan karakteristik Leonid yang berwarna merah dan hijau dengan ukuran sebesar kerikil, Geminid memiliki warna lebih beragam tergantung bahan meteornya. "Ada biru, oranye, hijau kalau bahannya dari silikat, merah karena pengaruh magnesium, dan warna-warna lainnya," kata Evan.



Sementara ukuran meteor ini seperti umumnya meteor normal, sebesar butiran pasir. Kecepatan Geminid menghujam bumi sekitar 50 km per detik. "Meteor bisa dilihat dengan mata telanjang, dengan catatan cuaca cerah," kata Evan yang juga koordinator kunjungan observatorium yang berlokasi di Bandung itu.

Hujan meteor masih akan berlanjut hingga 2012 mendatang yang diperkirakan akan terjadi sebanyak 10 kali dengan waktu dan jenis berbeda. "Paling dekat 4 Januari, saat itu langit akan dihiasi hujan meteor Aquarid," ujar Evan.

Source : vivanews.com
»»  READMORE >>

Penemuan Gunung Besar di Batu Angkasa

Saat ini, para ilmuwan yang bekerja dengan pesawat ruang angkasa Dawn sedang membuat dampak besar dengan penemuan baru : salah satu gunung terbesar di Tata Surya berhasil ditemukan di asteroid!

Asteroid adalah gumpalan materi batuan dan es di angkasa. Usianya sudah sangat tua dan terbentuk saat Tata Surya lahir. Sebagian besar asteroid di Tata Surya ditemukan di antara planet Mars da Jupiter – sebuah area yang disebut Sabuk Ateroid.



Dengan mempelajari asteroid, para astronom bisa mempelajari pementukan Tata Surya. Karena itulah astronom mengirim wahana ruang angkasa Dawn dalam perjalanan 4 tahun ke asteroid bernama Vesta yang berada di Sabuk Asteroid. Semenjak bulan Juli, Dawn sudah berada di orbit di sekitar asteroid memotret permukaan batu angkasa tersebut.

Vesta ukurannya jauh lebih kecil dari Bumi. Kalau Bumi diisi oleh asteroid sebesar Vesta, maka dibutuhkan 14000 asteroid Vesta untuk bisa mengisi Bumi!. Nah, meskipun hanya batuan kecil, foto yang dipotret wahana Dawn menunjukkan kalau Vesta memiliki gunung terbesar di Tata Surya di permukaannya. Gunung besar ini memiliki ketinggian 20000 meter atau dua kali tinggi gunung tertinggi di Bumi!.

Juli tahun depan, wahana ruang angkasa Dawn akan meninggalkan Vesta menuju Ceres, asteroid terbesar di Tata Surya. Untuk menjelajahi kedua asteroid wahana Dawn menggunakan tipe mesin baru yang disebut “kendali ion” - terdengar seperti di Star Trek ?

Source : LangitSelatan.com
»»  READMORE >>